PROPOSAL-2 PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) MENINGKATKAN KETRAMPILAN MEMBACA NYARING MELALUI MEDIA PIAS-PIAS KATA PADA SISWA KELAS I SDN MULUSAN TAHUN 2018-2019
PROPOSAL
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS (PTK)
MENINGKATKAN
KETRAMPILAN MEMBACA NYARING MELALUI MEDIA PIAS-PIAS KATA PADA SISWA KELAS I SDN
MULUSAN TAHUN 2018-2019
oleh: Siti Maunah[1]
Abstrak
Dari hasil observasi awal
yang dilakukan terhadap siswa kelas 1 SDN Mulusan Paliyan Gunungkidul Yogyakarta,
penulis merasa masih ada kekurangan dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan
materi pokok membaca lancer teks pendek. Kekurangan dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia ini dikarenakan guru belum menggunakan media pembelajaran yang
menarik dan menantang keaktifan siswa. Penelitian ini menggunakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan (Action Research) dengan menggunakan
model spiral. Adapun tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui
2 siklus. Pada penelitian tindakan kelas ini digunakan analisis data
kuantitatif berupa penilaian hasil
belajar kognitif. Nilai rata-rata sebelum perbaikan pembelajaran adalah 66,67 kemudian
meningkat menjadi 74,80 pada siklus I dan 80,40 pada siklus II. Prosentase
ketuntasan siswa juga mengalami peningkatan, dimana sebelum diadakan perbaikan
pembelajaran, prosentase ketuntasan hanya 67,00% Kemudian meningkat menjadi
85,00% pada siklus I dan 100% pada siklus II.Pengguanaan media pembelajaran
pias-pias katadapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca lancar beberapa
kalimat sederhana yang terdiri atas 3 – 5 kata dengan intonasi yang tepat.
Kata kunci: PTK, membaca, Media
Pias-Pias
A. PENDAHULUAN
Proses membaca terdiri dari beberapa
aspek aspek-aspek tersebut adalah aspek sensori, yaitu kemampuan untuk memahami
simbol-simbol tertulis, aspek perseptual yaitu kemampuan untuk
menginterprestasikan apa yang dilihat sebagai simbol, aspek skemata yaitu
kemampuan untuk menghubungkan informasi tertulis dengan struktur pengetahuan
yang telah ada, aspek berpikir yaitu kemampuan membuat inferensi dan evaluasi
dari materi yang dipelajari, aspek afektif yaitu aspek yang berkenaan dengan
minat pembaca yang berpengaruh terhadap kegiatan membaca.
Badriyah (2009) berpendapat bahwa fokus
utama tujuan pengajaran Bahasa Indonesia meliputi empat aspek ketrampilan
berbahasa yaitu ketrampilan menyimak, ketrampilan berbicara, ketrampilan
membaca dan menulis. Keempat aspek kemampuan berbahasa tersebut saling
berkaitan erat, sehingga merupakan satu kesatuan dan bersifat hirarkis, artinya
ketrampilan berbahasa yang satu akan mendasari ketrampilan berbahasa yang lain.
Pembelajaran membaca di kelas I
merupakan pembelajaran membaca tahap awal, salah satuya adalah membaca nyaring.
Dengan membaca nyaring siswa akan mengenali huruf-huruf dan membacanya sebagai
suku kata, kata dan kalimat sederhana. Inilah yang menyebabkan pembelajaran
membaca menjadi sangat urgen, jika konsep dasar kurang menguasai maka akan
menghambat penguasaan keterampilan membaca di tingkat selanjutnya.
Bagi siswa sekolah dasar kelas I
biasanya kesulitan mengikuti pembelajaran membaca Bahasa Indonesia disebabkan
karena kurang optimalnya penggunaan media pembelajaran yang dapat menunjang
pembelajaran di kelas.Supaya hasil pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi lebih
baik dan meningkat, guru harus mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran.
Namun pada realita di lapangan, banyak
siswa merasa Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang sukar karena dalam
prosesnya lebih banyak menggunakan berbagai pendekatan ketrampilan proses untuk
mengembangkan keterampilan berbahasa Indonesia. Sedangkan dalam prakteknya
ketrampilan membaca sering terabaikan oleh guru dalam mengajar. Kesulitan yang
dialami siswa juga disebabkan karena guru lebih sering menggunakan metode
ceramah dalam mengajar tanpa menggunakanmedia pembelajaran yang tepat dan
sesuai dengan karakteristik siswa sehingga dapat membantu pemahaman siswa
terhadap konsep Ilmu Pengetahuan Alam secara menyeluruh.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa
proses pembelajaran yang dilakukanoleh
sebagian besar guru, selama ini hanya berkisar penyampaian materi dengan
ceramah dan mencatat. Hal tersebut
mengakibatkan siswa cepat jenuh dan bosan dengan pembelajaran membaca, khususnya bagi siswa kelas 1 sekolah dasar
yang cenderung menyukai variasi model pembelajaran menggunakan berbagai media
pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa serta materi pokok yang
disampaikan. Siswa kelas 1sekolah dasar masih membutuhkan model belajar yang
kreatif dan interkatif dalam memahami suatu permasalahan. Hal ini dikarenakan
siswa kelas 1sekolah dasar baru dalam tahap perkembangan berpikir kognitif.
Dampak nyata yang terjadi, Bahasa
Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang sering kali
menghasilkan hasil belajar keterampilan membaca yang rendah. Bagi siswa sekolah dasar biasanya kesulitan
mengikuti pembelajaran membaca Bahasa Indonesia
disebabkan karena kurang bervariasanya penggunaan media pembelajaran
yang dapat menunjang pembelajaran interaktif di kelas. Supaya hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam menjadi lebih baik dan meningkat, guru harus mengoptimalkan penggunaan
startegi belajar yang tepat.
Dari hasil observasi awal yang dilakukan
terhadap siswa kelas 1 SDN Mulusan Paliyan Gunungkidul Yogyakarta, penulis
merasa masih ada kekurangan dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan materi
pokok membaca lancer teks pendek. Kekurangan dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia ini dikarenakan guru belum menggunakan media pembelajaran yang
menarik dan menantang keaktifan siswa.
Ini terlihat dari rendahnya nilai
rata-rata kelas hanya sebesar 66,67 dan rendahnya tingkat ketuntasan penguasaan
materi siswa sebesar 68,00% yang artinya dari 25 siswa hanya 17 siswa yang tuntas sedangkan yang 8 siswa
sisanya belum tuntas.Ketuntasan siswa dalam belajar didasarkan pada nilai KKM
setiap Kompetensi Dasar.
Untuk meningkatkan keterampilan membaca
pada materi membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3 – 5
kata dengan intonasi yang tepat,penulis menggunakan media pembelajaran
pias-pias kata. Melalui media pembelajaran ini diharapkan kemampuan lancar
beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3 – 5 kata dapat ditingkatkan. Penulis tertarik untuk
melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Peningkatan
Keterampilan Membaca Melalui Penggunaan Media Pias-pias Kata pada Siswa Kelas I Semester 2 SDN Mulusan
Paliyan Gunungkidul Yogyakarta Tahun Pelajaran 2018/2019”
1. Konsep dan Materi Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Hakikat belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan secara sadar dan terus menerus melalui bermacam-macam
aktivitas dan pengalaman guna memperoleh pengetahuan baru sehingga menyebabkan
perubahan tingkah laku yang lebih baik. Berbagai pendapat yang berkaitan dengan
hakikat dan pengertian belajar dikemukakan oleh para ahli di lingkungan dunia
pendidikan.
Slameto (1998) mengemukakan pendapat
bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Whitaker (dalam Soemanto, 1990)
berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku melalui
latihan dan pengalaman. Pendapat tersebut menekankan pada melalui latihan dan
pengalaman, seseorang akan memperoleh hasil berupa perubahan tingkah laku.
Belajar disini juga dianggap sebagai suatu proses
Dari pendapat yang telah diuraikan di
atas, dapat diperoleh pemahaman bahwa belajar adalah proses perubahan yang
terjadi pada diri seseorang yang cenderung tetap dan konstan. Perubahan
tersebut berupa pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan nilai sikap dan
tingkah laku yang merupakan hasil dari pengalaman dan latihan dalam
berinterkasi dengan lingkungan.
Proses belajar memerlukan pinsip-prinsip
yang harus dipegang sebagai pedoman untuk menjalankannya sehingga aktivitas
belajar dapat menghasilkan sesuatu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Prinsip adalah asas, petunjuk, bagian yang penting dan utama yang mendasari
suatu kegiatan (KBBI, 2007).
Sementara
itu, Hamalik (2007) memberikan pendapat berkaitan dengan prinsip-prinsip
belajar seperti (1) Belajar adalah proses yang aktif, (2) Terdapat hubungan
dinamis antara siswa dengan lingkungan, (3) Memiliki tujuan jelas bagi siswa,
dan (4) Didasari dorongan motivasi dari dalam siswa
Sementara
itu, hasil belajar didefinisikan sebagai penguasaan 7 pengetahuan atau
ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, umumnya ditunjukkan dengan
nilai test atau nilai yang diberikan oleh guru (KBBI, 2005).Hasil belajar
merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Dari pernytaan
ini tidak disinggung secara spesifik menyebutkan mengenai keberhasilan apa dan
darimana diperoleh.
Pendapat
berbeda dikemukakan oleh Sukmadinata (2007) yang menyatakan bahwa belajaradalah
realisasi atau pemekaran dari kecakapankecakapan potensial atau kapasitas yang
dimiliki seseorang.Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari
perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan
berpikir maupun ketrampilan motorik.
Sudjana (2009) menyatakan bahwa proses penilaian terhadap hasil belajar dapat
memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai
tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi
tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut,
baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.Setiap keberhasilan belajar diukur
dari seberapa jauh hasil belajar yang diperoleh siswa.
Dari berbagai pandangan dan pendapat
mengenai hasil belajar, dapat diperoleh pemahaman bahwa hasil belajar adalah
hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan.
Hasil belajar merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan
belajar karena belajar merupakan proses dan hasil belajar merupakan hasil dari
proses belajar. Hasil belajar yang dicapai berupa pemahaman dan penerapan
pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi siswa dalam kehidupan
sehari-hari. Hasil belajar juga dapat berupa sikap dan cara berpikir kritis
serta kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas dan bertanggung
jawab.
Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah
belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia,
baik secara lisan maupun tulis. Pembelajaran bahasa diarahkan untuk mempertajam
kepekaan perasaan siswa.Siswa tidak hanya diharapkan memahami informasi yang
disampaikan secara lugas atau langsung, melainkan juga disampaikan secara
terselubung atau secara tidak langsung (Santoso, 2007).
Adapunmateri pelajaran yang akan
dilaksanakan dalam penelitian ini adalah Membaca lancar beberapa kalimat
sederhana yang terdiri atas 3 – 5 kata dengan intonasi yang tepatpada siswa
kelas I semester II. Silabus untuk materi tersebut dapat dilihat dalam tabel
berikut ini.
Tabel 1. Silabus Bahasa
Indonesia Kelas I Semester 2 Membaca
Lancar
Standar
|
Kompetensi
Dasar |
Indikator
|
||
Kompetensi
|
|
|
||
7 |
Memahami
teks pendek dengan membaca lancar&me
mbaca puisi anak |
7.1 |
Membaca
lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri
atas 3 – 5 kata dengan intonasi yang tepat |
-
Membaca teks pendek dengan lafal dan intonasi
yang tepat. - Membaca
dengan memperhatikan tempat jeda pendek dan panjang. -
Membaca penggalan cerita dengan lafal dan
intonasi yang benar. -
Membaca dengan memberikan penekanan pada kata
tertentu sesuai dengan konteksnya. |
7.2 |
Membaca puisi anak yang terdiri atas 2 – 4
baris dengan lafal dan intonasi yang tepat |
- Membaca
puisi atau syair lagu dengan benar - Mendeklamasikannya
sesuai dengan isi dan mengekspresikan dalam gerak dan mimik yang sesuai
dengan lafal dan intonasi yang tepat |
2. Keterampilan Membaca
Kemampuan membaca merupakan suatu
kemampuan untuk memahami informasi atau wacana yang disampaikan pihak lain
melalui tulisan. Kemampuan membaca yang baik merupakan salah satu kunci untuk
mencapai sukses dalam pendidikan dan merupakan dasar untuk menguasai berbagai
bidang studi. Jika anak pada usia sekolah tidak segera memiliki kemampuan
membaca, maka anak mengalami kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi
pada kelas-kelas berikutnya.
Definisi membaca berbeda‐bedamenurut para ahli Matlin
(1998) mendefinisikan membaca
sebagai aktivitasyang melibatkan sejumlah kerja kognitif,termasuk persepsi dan
rekognisi. Sejalandengan pendapat Matlin, Ampuni (1998) memaknai membaca sebagai proses kognitif yang kompleks untuk mengolahisi bacaan, yang bertujuan
untuk memahami ide‐ide dan pesan‐pesan penulis serta menjadikannya sebagai bagian dari pengetahuannya.
Berdasar definisi‐definisi tersebut, membaca berarti proses kognitif
penerjemahan simbol‐simbol visual ke
dalam suara serta mengubahnya menjadi sesuatu yang memiliki makna melalui
proses kognitif berdasarkan pengalaman yang didapat sebelumnya.
Definisi keterampilan menurutKamus Besar
Bahasa Indonesia (2005) adalah: a)
kesanggupan, kecakapan,kekuatan; b) kekayaan. Dari dua definisi diatas maka didapatkan definisi
kemampuan membaca adalah
kesanggupan untuk menerjemahkan
simbol‐simbol visual ke dalam suara serta mengubahnya menjadi sesuatu yang memiliki makna melalui proses kognitif
berdasarkan pengalaman yang
didapat sebelumnya.
Membaca memiliki tiga komponen dasar yaitu rekaman, penyandian, dan pemberian makna (Syafi’ie dalam
Rahim2005). Proses rekaman dan penyandian
biasanya berlangsung pada kelas‐kelasawal,
yaitu SD kelas I, II, dan III yang dikenal
dengan istilah membaca permulaan. Penekanan
membaca pada tahap ini adalah
proses perseptual, yaitu pengenalan
korespondensi rangkaian huruf
dengan bunyi‐bunyi bahasa. Sementara itu proses memahami makna lebih ditekankan di kelas‐kelas tinggi SD.
A. Metode Pias-pias Kata
1. Definisi dan Konsep Media Pembelajaran
Media pembelajaran secara umum merupakan alat bantu proses belajar mengajar. Media pembelajaran dapat
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pembelajar sehingga
dapat mendorong terjadinya proses belajar yang terjadi.
Sedangkan Hamalik (1998)
mengaitkan media belajar dengan media pendidikan sebagai alat, metode dan teknik
yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi
antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pembelajan di sekolah. Dari
pengertian tersebut diperoleh pemahaman bahwa penekanan media pembelajaran
untuk membuat interkasi guru dan siswa menjadi lebih efektif
Media pembelajaran yang
dikemas dengan baik dapat menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa untuk
belajar serta mengingatkan kembali akan pengetahuan dan keterampilan yang sudah
dipelajari. Media pembelajaranpun dapat menghubungkan kembali antara
konsep-konsep yang sudah diketahui dengan konsep-konsep yang akan dipelajari.
Dengan demikian keberadaan media pembelajaran berfungsi sebagai alat bantu
maupun media pengajaran dapat bermanfaat bagi siswa untuk memperoleh informasi
dan memperjelas informasi.
Media pembelajaran bahasa
Indonesia merupakan alat yang sangat dibutuhkan oleh guru untuk membantu siswa
dalam memahami suatu konsep saat belajar bahasa Indonesia, terutama media yang
dapat dioperasionalkan sendiri oleh siswa. Media ini merupakan alat bantu
pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep bahasa
Indonesia yang sedang dipelajari.
2. Media Pias-pias Kata
Pias-Pias kata adalah tiap satu helai
berisi satu kata. Media pias-pias
kata dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat memberikan pengalaman kongkrit,
meningkatkan motivasi belajar siswa dan mempertinggi daya serap serta siswa
dapat memusatkan perhatiannya dalam belajar. Melalui penggunaan media pias-pias kata diharapkan taraf
kesukaran dan kompleksitas dari pelajaran Bahasa Indonesia dapat memberi
pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar sehingga hasilnya akan lebih
baik.
Media pias-pias kata ini menggunakan
kertas berwarna untuk menarik perhatian siswa yang diatasnya ditulis kata-kata.
Jadi setiap satu helai kertas terdapat satu kata misalnya:
|
|
B. METODE PENELITIAN
Subyek penelitian adalah yang
menjadi sampel dalam penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa Kelas I SDN Mulusan Paliyan Gunungkidul Yogyakarta Tahun Pelajaran 2018/2019
yang berjumlah 25 siswa. Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan
(Action Research) dengan menggunakan
model spiral yang digunakan oleh Elliot (1999). Yang dimaksud model spiral
adalah penelitian bersiklus yang dilakukan oleh guru berdasar permasalahan
nyata yang ditemui di kelasnya dengan langkah-langkah: merancang, melaksanakan,
observasi dan merefleksi. Siklus dalam
PTK diawali dengan perencanaan tindakan, penerapan tindakan, mengobservasi dan
mengevaluasi proses dan hasil tindakan dan yang terakhir melakukan refleksi dan
seterusnya sampai peningkatan yang diharapkan. Untuk mengetahui keefektifan
suatu metode dalam pembelajaran, perlu dilakukan analisis data. Pada penelitian
tindakan kelas ini digunakan analisis data kuantitatif berupa penilaian hasil
belajar kognetif, dianalisis menggunakan rumus statistik sederhana dalam ( Aqib, 2008) seperti beirkut ini.
a. Penilaian Rata – rata
∑ X
X =
∑ N
Keterangan :
X =
nilai rata rata
∑ X = jumlah semua nilai peserta didik
∑ N
= jumlah peserta didik
b. Penilaian untuk Ketuntasan Belajar
Dilakukan secara perorangan dan secara klasikal, jika
ketuntasan peserta didik ≥
70 % maka peserta didik tersebut dikatakan tuntas, namun jika tingkat
ketuntasan <70 % maka peserta didik tersebut tidak tuntas.
Secara klasikal jika ketuntasan siswa > 90% maka pembelajaran bahasa
Indonesia pada pokok bahasan membaca lancar dianggap tuntas, namun jika
ketuntasan < 90% maka pembelajaran bahasa Indonesia pada pokok bahasan
membaca lancar dikatakan belum tuntas.
C. HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Tindakan perbaikan siklus I, kegiatan dan
hasil tiap tahap dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Penyusunan Rencana
Beberapa rencana kegiatan yang dibuat
peneliti pada siklus I meliputi
1)
Melakukan identifikasi masalah, menganalisis
masalah dan merumuskan masalah dengan bantuan observer (teman sejawat) dan
dikonsultasikan dengan pembimbing.
2)
Menyusun rencana perbaikan pembelajaran dengan
pokok bahasan membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3 – 5
kata dengan intonasi yang tepatyang menekankan pada penggunaan media pias-pias
kata dalam perbaikan pembelaajran.
3)
Menyusun lembar kerja siswa sesuai dengan
kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
4)
Mendesain instrument observasi yang digunakan
sebagai panduan bagi observer dalam mengamati pelaksanaan proses perbaikan
pembelajaran
5)
Menyiapkan naskah tes formatif untuk mengukur
prestasi belajar siswa pada pokok bahasan membaca lancar beberapa kalimat
sederhana yang terdiri atas 3 – 5 kata dengan intonasi yang tepat dan format
penilaian untuk mengukur keberhasilan pembelajaran
b. Pelaksanaan Tindakan Perbaikan
Hasil pelaksanaan siklus I dapat dilihat
dari analisis hasil tes formatif yang disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2. Data Hasil Tes Formatif Siklus I
No |
Nilai
|
Banyak
Siswa |
Prosentase
|
1 |
10 |
- |
- |
2 |
20 |
- |
- |
3 |
30 |
- |
- |
4 |
40 |
- |
- |
5 |
50 |
- |
- |
6 |
60 |
3 |
14,29% |
7 |
70 |
11 |
42,86% |
8 |
80 |
8 |
28,57% |
9 |
90 |
2 |
9,52% |
10 |
100 |
1 |
4,76% |
Jumlah |
25 |
100% |
|
Jumlah Siswa Tuntas |
21 |
|
|
Jumlah Siswa Tidak
Tuntas |
4 |
|
|
Tingkat Ketuntasan |
85,71% |
|
|
Rata-rata |
74,80 |
|
|
Nilai Tertinggi |
100 |
|
|
Nilai Terendah |
60 |
|
Dari tabel di atas dapat digambarkan
bahwa dari pelaksanaan siklus I
diperoleh hasil tingkat ketuntasan dan nilai rata-rata siswa yang sudah
meningkat, namun masih memerlukan perbaikan karena belum sesuai dengan harapan
yaitu tingkat ketuntasan 90%. Dari 25 siswa hanya 21 siswa yang mencapai
ketuntasan (85,71%) dan sebanyak 4 (14,29%) siswa dinyatakan belum tuntas. Nilai rata-rata siswa juga bisa dikatakan
sudah meningkat, yaitu sebesar 74,80. Nilai terendah yang diperoleh siswa
terjadi peningkatan yaitu 60 dan nilai tertinggi sudah mencapai 100.Harapannya
nilai terendah minimal sesuai KKM dan nilai tertinggi ada yang mencapai nilai
100 tidak hanya satu atau dua anak saja. Setelah penggunaan media pembelajaran
pias-pias kata diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 74,80
dan ketuntasan belajar mencapai 85,71% atau sudah ada 21 siswa dari 25 siswa
yang sudah tuntas belajar. Dari data ini dipeorleh hasil yang cenderung
meningkat dibandingkan pada pra siklus.
Namun hasil tersebut menunjukkan bahwa
pada siklus I secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang
memperoleh nilai ≥ 70 hanya sebesar 85,71 % lebih kecil dari
persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 90%. Hal ini disebabkan
karena penggunaan media pias-pias kata yang belum maksimal dan masih ada
beberapa siswa juga mengalami kesulitan memahami penjelasan materi pembelajaran
guru. Dengan demikian, langkah
perbaikan pembelajaran mutlak dilakukan.
c. Pengamatan
Dari hasil pengamatan terhadap
pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I diperoleh data dan fakta sebagai
berikut.
1)
Sebagian besar siswa sudah tidak mengalami
kejenuhan dan kebosanan sehingga siswa tidak gaduh pada saat proses pembelajaran berlangsung.
2)
Sebagian besar siswa bisa mengerjakan tugas dan
memahami materi pelajaran sesuai harapan guru dikarenakan guru sudah mulai bisa
mengembangkan proses pembelajaran menggunakan media pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan pembelajaran
3)
Hasil belajar siswa mulai meningkat dan namun
ketuntasan belum sesuai dengan target yang direncanakan karena masih ada
beberapa siswa kurang dapat memahami konsep dasar materi yang disampaikan oleh
guru
4)
Media pembelajaran yang digunakan guru sudah
interaktif dan sesuai dengan
karakteristik siswa namun penerapannya belum maksimal.
5)
Penggunaan lembar kerja siswa sudah mulai bisa
merangsang pola berpikir kritis dan analisis dari siswa
6)
Banyak kesempatan yang diberikan kepada siswa
untuk bertanya apabila ada hal yang belum dipahami namun beberapa siswa
terlihat tidak menggunakan kesempatan ini untuk bertanya apabila ada konsep
materi yang belum dipahami.
d. Refleksi
Dalam
pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I siswa kelas
I SDN Mulusan Paliyan Gunungkidul Yogyakarta menunjukkan
peningkatan dalam penguasaan materi tentang membaca lancar beberapa kalimat
sederhana yang terdiri atas 3 – 5 kata dengan intonasi yang tepat, namun masih
perlu penyempurnaan dan perlu perbaikan lagi pada siklus II, karena masih ada 4
siswa yang belum tuntas.
Dalam skenario pembelajaran siklus I
terlihat motivasi dan dorongan siswa mengikuti pembelajaran sudah baik.Media
pias-pias kata membuat suasana kelas tampak hidup. Namun penerapan media
pias-pias kata masih perlu ditingkatkan
agas hasilnya optimal. Masih banyak siswa yang tidak mau menanyakan hal-hal
yang kurang dipahami meskipun guru telah memberikan kesempatan
sebanyakbanyaknya kepada siswa untuk bertanya. Sehingga hasil belajar yang diperoleh beberapa siswa masih ada
yang di bawah KKM.Hal ini dapat dilihat dari 25 siswa, ada 4 siswa nilai tes
formatifnya di bawah 70 (KKM). Meskipun
beberapa siswa sudah ada yang mencapai nilai 100 (1 siswa).
Berdasar hasil refleksi yang berkaitan
dengan scenario pembelajaran dan perolehan nilai pada siklus I dirasakan belum
memuaskan, maka ditindak lanjuti perbaikan pembelajaran pada siklus II sehingga
siswa mencapai ketuntasan minimal sesuai dengan yang diharapkan.
1. Siklus II
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran
siklus II didasarkan atas refleksi hasil pada siklus I. Pada siklus II masih
menggunakan media pembelajaran pias-pias kata. Berbagai kegiatan dan hasil tiap tahap dapat dijelaskan
sebagai beirkut.
a. Penyusunan Rencana
Beberapa
rencana kegiatan yang dibuat pada siklus
II meliputi
1) Melakukan
identifikasi masalah, menganalisis masalah dan merumuskan masalah dengan
bantuan observer (teman sejawat) dan dikonsultasikan dengan pembimbing.
2) Menyusun
rencana perbaikan pembelajaran pokok bahasan membaca lancar beberapa kalimat
sederhana yang terdiri atas 3 – 5 kata dengan intonasi yang tepat yang
menekankan pada penggunaan media pias-pias kata dalam perbaikan pembelajaran.
3) Menyusun
lembar kerja siswa sesuai dengan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai
4) Mendesain
instrument observasi yang digunakan sebagai panduan dalam mengamati pelaksanaan
proses perbaikan pembelajaran
5) Menyiapkan
naskah tes formatif untuk mengukur prestasi belajar siswa pada pokok bahasan
membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3 – 5 kata dengan
intonasi yang tepatdan format penilaian untuk mengukur keberhasilan
pembelajaran
b. Pelaksanaan Tindakan Perbaikan
Hasil pelaksanaan siklus II dapat
dilihat dari analisis hasil tes formatif yang disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 3. Data Hasil Tes Formatif Siklus II
No |
Nilai
|
Banyak
Siswa |
Prosentase
|
1 |
10 |
- |
- |
2 |
20 |
- |
- |
3 |
30 |
- |
- |
4 |
40 |
- |
- |
5 |
50 |
- |
- |
6 |
60 |
- |
- |
7 |
70 |
7 |
28,58% |
8 |
80 |
12 |
52,38% |
9 |
90 |
4 |
9,52% |
10 |
100 |
2 |
9,52% |
Jumlah |
25 |
100% |
|
Jumlah Siswa Tuntas |
25 |
|
|
Jumlah Siswa Tidak Tuntas |
0 |
|
|
Tingkat Ketuntasan |
100% |
|
|
Rata-rata |
80,40 |
|
|
Nilai Tertinggi |
100 |
|
|
Nilai Terendah |
70 |
|
Dari tabel di atas dapat digambarkan
bahwa dari pelaksanaan siklus II
diperoleh hasil tingkat ketuntasan dan nilai rata-rata siswa mengalami
peningkatan dan sudah sesuai dengan harapan yaitu tingkat ketuntasan 90%. Dari
25 siswa, sebanyak 25 siswa (100%) sudah mencapai ketuntasna belajar dan tidak
ada satupun siswa yang belum mencapai ketuntasan. Sehingga secara keseluruhan siswa sudah
mencapai ketuntasan dan sesuai target yang diharapkan
Nilai rata-rata siswa juga bisa
dikatakan sudah meningkat dan baik, yaitu sebesar 80,40%. Nilai terendah yang
diperoleh siswa 70 dan nilai tertinggi sudah mencapai 100. Harapan nilai
terendah minimal sesuai KKM sudah bisa terpenuhi dan nilai tertinggi ada yang mencapai nilai 100. Dengan
demikian, langkah perbaikan pembelajaran tidak perlu dilakukan lagi untuk
meningkatkan pembelajaran bahasa Indonesia
pada pokok bahasan membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang
terdiri atas 3 – 5 kata dengan intonasi yang tepat. Setelah penggunaan media
pembelajaran pias-pias kata diperoleh
nilai rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 80,40% dan ketuntasan belajar
mencapai 100% atau ada 25 siswa dari 25 siswa yang sudah tuntas belajar. Dari
data ini diperoleh hasil yang meningkat dibandingkan pra siklus dan siklus I.
Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa
pada siklus II secara klasikal siswa sudah tuntas belajar, karena siswa yang
memperoleh nilai ≥ 70 sudah sebesar 100 % lebih besar dari
persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 90%. Hal ini disebabkan
karena penggunaan media pembelajaran pias-pias kata yang sudah maksimal dan
siswa juga sudah memahami penjelasan materi pembelajaran guru.
c. Pengamatan
Dari hasil pengamatan terhadap
pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II diperoleh data dan fakta sebagai
berikut.
1)
Sebagian besar siswa sudah tidak mengalami
kejenuhan dan kebosanan sehingga siswa tidak gaduh pada saat proses pembelajaran berlangsung.
2)
Sebagian besar siswa bisa mengerjakan tugas dan
memahami materi pelajaran sesuai harapan guru dikarenakan guru sudah mulai bisa
mengembangkan proses pembelajaran dengan media pembelajaran yang menarik dan
sesuai dengan pembelajaran
3)
Hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang
ditunjukkan dengan rata-rata nilai hasil belajar yang tinggi dan ketuntasan
sudah sesuai dengan target yang direncanakan.
4)
Media pembelajaran yang digunakan guru sudah
interaktif dan sesuai dengan karakteristik siswa serta penerapannya di lapangan
juga sudah maksimal.
5)
Penggunaan lembar kerja siswa sudah bisa
merangsang pola berpikir kritis dan analisis dari siswa.
6)
Banyak siswa yang memanfaatkan kesempatan yang
diberikan guru kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal yang belum dipahami
d. Refleksi
Dalam
pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II siswa kelas
I SDN Mulusan Paliyan Gunungkidul Yogyakarta menunjukkan
peningkatan dalam penguasaan materi tentang membaca lancar beberapa kalimat
sederhana yang terdiri atas 3 – 5 kata dengan intonasi yang tepat. Media
pembelajaran pias-pias kata membuat suasana kelas tampak semakin hidup dan
mampu meningkatkan motivasi siswa untuk
mengikuti pembelajaran dengan antusias. Penerapan media pembelajaran pias-pias
kata sudah optimal sehingga hasilnya juga sudah maksimal.Banyak siswa yang
memanfaatkan kesempatan bertanya untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami
meskipun.Sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa sudah bisa melampaui
KKM.Hal ini dapat dilihat dari 25 siswa, tidak ada 1 pun siswa nilai tes
formatifnya di bawah 70 (KKM).Beberapa siswa sudah ada yang mencapai nilai 100
(2 siswa).Dari hasil tersebut tidak diperlukan lagi perbaikan pembelajaran.
2. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa
media pembelajaran piaspias kata memiliki dampak positif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan pokok bahasan
membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3 – 5 kata dengan
intonasi yang tepat.Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman
siswa terhadap materi yang disampaikan guru yang bisa dilihat dari rata-rata
dan ketuntasan belajar meningkat dari pra siklus, sklus I, dan II). Pada siklus II ketuntasan belajar siswa
secara klasikal telah tercapai.
Tabel 4. Peningkatan Prosentase Keberhasilan
Media Pembelajaran Pias-Pias Kata
No |
Uraian
|
Hasil
Tiap Siklus |
||
Pra- Siklus
|
Siklus
I |
Siklus
II |
||
1 |
Nilai Rata-rata |
66,67 |
74,80 |
80,40 |
2 |
Jumlah Siswa Tuntas |
17 |
21 |
25 |
3 |
Prosentase Ketuntasan |
68,00% |
85,71% |
100% |
Dari hasil evaluasi yang terdapat pada
tabel di atas telah terjadi peningkatan hasil belajar seperti berikut ini.
1. Sebelum
perbaikan nilai rata – rata 66,67, ketuntasan 17 dari 25 siswa (68,00%)
2. Perbaikansiklus
I nilai rata – rata 74,80, ketuntasan 21 dari 25 siswa (85.71%)
3. Perbaikan
siklus II nilai rata – rata 80,40, ketuntasan 25 dari 25 siswa (100%)
Berdasarkan analisis data, diperoleh
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dalam setiap siklus mengalami
peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu
dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus
yang terus mengalami peningkatan. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
Bahasa Indonesia pada pokok bahasan
membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3 – 5 kata dengan
intonasi yang tepatdengan media pembelajaran pias-pias kata yang paling dominan
adalah mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar
siswa/serta antara siswa dengan guru dalam pembelajaran sesuai dengan
karakteristik media pias-pias kata. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas isiwa
dapat dikategorikan aktif.
Dengan demikian, media pembelajaran
pias-pias kata sangat dibutuhkan guru untuk memperbaiki pembelajaran.Hal ini
dimungkinkan karena media tersebut lebih menekankan kepada tanggung jawba
pribadi sebagai pribadi yang harus memahami materi dan menyelesaikan suatu
tugas secara tuntas.Sebagimana dijelaskan dalam teori, bahwa media tersebut
dapat memberi motivasi lebih kepada siswa untuk terlibat aktif dalam usaha
untuk membaca dan saling membantu antar temannya dalam belajar sehingga mereka
dapat membangun sendiri pemahaman secara bersama-sama.
Pada penerapan media pembelajaran
pias-pias kata diperoleh temuan bahwa media pias-pias kata dapat meningkatkan
pemahaman siswa dalam membaca kata atau
kelompok kata lebih cepat, tepat dan lancar. Di samping itu, proses
pembelajaran berlangsung lebih hidup dan menarik. Sebagian besar siswa sangat
antusias mengikuti proses pembelajaran. Keaktifan siswa sangat terlihat saat
siswa mencari pasangan kartunya masing-masing.
Melalui media ini, siswa yang sebelumnya
belajar secara individu, tanpa kompetisi dan penghargaan kemudian dicoba untuk
dikondisikan dengan adanya kompetisi dan penghargaan yang menjadi motivasi bagi
keberhasilan belajar mereka dan suasana pembelajaran dapat berlangsung lebih
menarik dan bervariasi tidak monoton.Rasa percaya diri siswa juga meningkat
karena siswa dikondisikan untuk menyampaikan ide dan pendapat.
Media pembelajaran yang dikemas dengan
baik dapat menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa untuk belajar serta
mengingatkan kembali akan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dipelajari.
seingga dapat menghubungkan kembali antara konsep-konsep yang sudah diketahui
dengan konsep-konsep yang akan dipelajari. Dengan demikian keberadaan media
pias-pias kata dalam pembelajaran dapat membantu pengajaran dan bermanfaat bagi
siswa untuk memperoleh informasi serta memperjelas informasi.
D. PENUTUP
1. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian
dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran pias-pias kata dapat meningkatkan
keterampilan membaca pada siswa Kelas I SDN Mulusan Paliyan Gunungkidul Yogyakarta
semester 2 tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini ditunjukkan dengan hasil
perbaikan pembelajaran diperoleh nilai rata-rata dan ketuntasan yang meningkat.
Nilai rata-rata sebelum perbaikan pembelajaran adalah 66,67 kemudian meningkat
menjadi 74,80 pada siklus I dan 80,40 pada siklus II. Prosentase ketuntasan
siswa juga mengalami peningkatan, dimana sebelum diadakan perbaikan
pembelajaran, prosentase ketuntasan hanya 67,00% Kemudian meningkat menjadi
85,00% pada siklus I dan 100% pada siklus II.Pengguanaan media pembelajaran
pias-pias katadapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca lancar beberapa
kalimat sederhana yang terdiri atas 3 – 5 kata dengan intonasi yang tepat.
2. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, saran
dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Guru
diharapkan memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk memilih media
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa serta mata pelajaran yang
manjadi pokok bahasan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar, salah satunya
adalah media pias-pias kata.
2. Guru
hendaknya membiasakan diri untuk melakukan perbaikan pembelajaran apabila
ketuntasan siswa masih jauh dari yang diharapkan.
3. Perlu
penelitian lebih lanjut apakah media pias-pias katadapat memberikan hasil yang
baik pula jika diterapkan pada pelajaran lain dan pokok bahasan lain.
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, dkk. 2011.Materi Pokok Pemantapan Kemampuan
Profesional (PKP). Jakarta:
Universitas Terbuka
Dalyono, M. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Depdiknas.(2007), Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke 3.
Jakarta: Balai Pustaka
Depdiknas. 2001. Didaktik Metodik di Sekolah Dasar.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Dimyati dan Mudjojono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :
Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka
Cipta
Gunarsa, D. dan
Gunarsa, D. 2009.Psikologi Untuk
Pembimbing. Jakarta: PT BPPK Gunung
Mulia.
Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
Kartadinata, Sunaryo dkk. 1997. Landasan-Landasan Pendidikan Sekolah Dasar.
Semarang : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Bagian Proyek Pengembangan
Pendidikan Guru SD.
KTSP.2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD dan
MI Mata Pelajara Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta:Depdiknas
Lestari Mikaresa,
Hera dkk. 2007. Pendidikan Anak Di SD. Jakarta
: Universitas Terbuka.
Poerwanto, Ngalim. 1996. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja
Rosdkarya Purwanto.(2009). Evaluasi Hasil
Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru dalam Pembelajaran.Jakarta : Kencana Sanjaya, Wina.
(2010). Strategi Pembelajaran.Jakarta;
Kencana Prenada Media Group
Sanjaya, Wina.
2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan.,Jakarta :
Kencana Prenada Media Group
Slameto. 1998. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempegaruhi.
Jakarta : Bina Aksara
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung
: Remaja Rosdakarya
Sukmadinata, Nana S.
2007. Landasan Psikologi Proses
Pendidikan.Bandung : Remaja
Rosdakarya
Suprijono Agus. 2011.
Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi
Paikem. Yogjakarta : Pustaka Pelajar
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja
Grafindo Persada
Komentar
Posting Komentar
maju terus
Semangat